PENDAHULUAN
LBP (Low Back Pain) adalah kumpulan gejala yang menyatakan bahwa ada keluhan nyeri di pinggang ataupun tulang belakang bagian bawah.
Gejala ini dapat timbul sebagai akibat dari kelainan visceral, muskuloskeletal, neurologik. Untuk dapat mengetahui kelainan apa yang menjadi penyebab kelainan LBP maka perlu dilakukan pemeriksaan yang sistematis mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium serta pencitraan.
ANAMNESIS
Ditanyakan mengenai onset atau kejadian dan keluhan nyeri atau sakit :
- Apakah setempat atau menjalar
- Pada saat apa timbulnya sakit, apakah aktif saat bergerak atau pasif pada saat sedang istirahat.
- Hanya pegal ( dull aching )
- Menusuk-nusuk
- Rasa terbakar (burn sensation)
- Mendadak atau perlahan-lahan (menahun)
- Jatuh
- Mengangkat atau mendorong barang berat
- Demam atau panas tinggi
- Apa sudah ada kelemahan anggota bawah sebelumnya
- Gangguan miksi – defikasi
- Berpangkal pada hasil anamnesis, maka pemeriksaan ditujukan untuk mencocokkan temuan yang dikeluhkan pada anamnesis.
- Apley’s menganjurkan pemeriksaan system musculoskeletal dengan urutan : - Look – Feel – Move
- Pemeriksaan dilakukan secara : jalan, berdiri, duduk, berbaring.
- Apabila penderita pincang, perhatikan apakah antalgik, apakah juga sebagai akibat kelainan sendi panggul atau lutut.
- Apakah jalannya psastic atau flaccid.
- Apakah jalannya membongkok atau claudication, dan seterusnya.
- Pemeriksaan dilakukan dari depan, samping dan belakang.
- Abdomen, untuk mengetahui apakah ada kelainan intra abdominal (visceral) baik intra atau retro peritoneal yang dapat menyebabkan LBP seperti :
- pancreatitis
- Kelainan batu saluran kemih ( batu ginjal, ureter )
- Appendicitis
- Inguinal, scrotal apakah ada impending hernia atau torsi tesis.
- Pemeriksaan dari belakang, yang penting dilihat dari belakang :
- Bercak di kulit, cafe au lait
- Benjolan digaris tengah, meningocele, meningomyocele.
- Deformitas dari lengkungan fisiologis atau patologis, hump, apakah struktural atau fungsional
- Perbedaan panjang anggota bawah : pelvic obliquity atau leg discrepancy
- Tenderness (nyeri tekan)
- Pergerakan :
- Fleksi : posisi anggota atas sejajar anggota bawah, diukur jarak ujung jari tangan dari lantai.
- Ekstensi : dilihat sampai berapa jauh dapat dikerjakan tanpa merubah posisi panggul.
- Lateral bending : dengan fiksasi panggul, gerak miring ke kanan dan kiri sekaligus melihat skin crease yang menuju ke garis tengah yang merupakan apeks dari lengkungan scoliosis.
- Rotasi : kedua kaki jarak melebar dan dengan fiksasi panggul, kedua tangan bertolak pinggang mengadakan gerak rotasi ke kanan dan kiri. Dalam keadaan dimana terdapat sciatica disertai kelemahan dari gastrocnemius, penderitan diminta jinjit, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan reflex patologis dan fisiologi, Range of Motion ( ROM ), Manual Muscle Tes (MMT). Periksa apa ada gangguan dermogen sensoris, sekaligus diraba denyut nadi untuk mencari kemungkinan gangguan vaskuler seperti pada penyakit Burger.
Pada umumnya yang dimaksud dengan LBP adalah akibat gangguan system neuromuskuloskeletal, sehingga tinggal dipikirkan kemungkinan yang menyebabkan gangguan system tersebut.
Penderita datang dengan keluhan :
- Sakit pinggang sesudah trauma
- Deformitas
- Kelemahan anggota bawah
Pada anak-anak keluhan LBP kemungkinan terbesar adalah akibat infeksi dan tbc merupakan penyebab utamanya.
Pada dewasa muda, kebanyakan akibat trauma yang menimbulkan HNP, fraktur atau infeksi.
Pada orang tua, penyebabnya adalah akibat dari penyakit degenerasi dan atau trauma ringan yang menyebabkan fraktur patologis akibat osteoporosis.
Yang perlu diketahui apakak LBP disertai gangguan saraf (neurological deficit), sehingga sebaiknya disamping pemeriksaan penunjang disertai pemeriksaan neurodiagnostic, karena gangguan saraf yang kompresif, perlu dilakukan tindakan bedah, demikian pula pada trauma dinilai apakah tulang belakang stabil atau tidak.
SPONDYLITIS
Spondylitis yang disebabkan oleh karena tbc masih merupakan penyebab utama. Pada spondylitis perlu dilakukan pemeriksaan kemungkinan apakah masih terdapat penyakit sistemik aktif, dengan melihat apakah masih terdpaat gambaran KP ( Koch Pulmo ). Dari pengalaman , 50 % kasus spondylitis tidak lagi menunjukkan KP positif. Tergantung dari aktif-tidaknya penyakit serta berapa banyak korpus vertebra yang terkena, deformitas yang timbul, ada atau tidak gangguan saraf (Pott’s Paraplegi), early atau late.maka dapat ditentukan apakah cukup tindakan konservatif atau harus dilakukan tindakan operatif. Yang jelas baik konservatif maupun operatif diperlukan ortosis untuk memberikan “istirahat” pada daerah yang terkena agar mendapatkan kesempatan sembuh.
FRAKTUR / FRAKTUR DISLOKASI
- Fraktur vertebra dapat sebagai akibat trauma langsung atau tidak langsung. Fraktur ini menimbulkan fraktur kompressi, burst atau disertai dislokasi, dapat diketahui apakah fraktur stabil atau tidak. Apabila tidak stabil, perlu dilakukan tindakan stabilisasi dengan pemberian ortosis atau pembedahan.
- Spondylolysis atau spondylolisthesis biasanya terdapat pada lumbal bawah L4 – L5 atau L5 – S1.
- Yang penting diketahui apakah terdapat gangguan neurologis baik komplit maupun inkomplit, progresif atau tidak. Trauma ringan pada tulang yang osteoporosis dapat menimbulkan kompresi korpus vertebra pada satu atau lebih. Yang pasti tindakannya adalah konservatif dengan bantuan ortosis dan medikasi kecuali degenerasi diskus HNP dengan gangguan kompresi saraf. Perlu diingat kemungkinan malignancy seperti multiple myeloma.
Penyakit degenerasi bisa primer, bisa sekunder. Walaupun demikian apapu sebabnya, baik primer maupun sekunder, tindakannya adalah konservatif kecuali bila cara ini gagal. Misalnya degenerasi diskus yang mengakibatkan penyempitan jarak antar kedua vertebra dan menimbulkan gangguan jalannya saraf.
TERAPI
- Terapi medic ditujukan untuk mengurangi sakit dengan pemberian analgetik atau NSAID dan antibiotik atau OAT ( Obat Anti Tuberkulosis ). Pada gangguan saraf perlu diberi neurotropic drugs terutama Vit. B1, B6, B12
- Terapi Modalitas :
- Pemanasan menggunakan SWD, MWD
- Stimulasi elektrik dengan TENS
- Istirahat kemudian secara gradual exercise sesuai toleransi dengan tujuan memperkuat otot tubuh.
- Bracing merupakan support agar dapat menopang sehingga pergerakan tulang belakang yang menimbulkan nyeri dapat dikurangi terutama pada keadaan unstabilitas skeletal.
PEMBEDAHAN
Pebedahan bertujuan untuk mempersingkat morbiditas dengan melakukan debridement, dekompresi dan stabilisasi, sehngga program rehabilitasi dapat dilaksanakan secara dini untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
DARI KUMPULAN KULIAH PROFESOR SOELARTO REKSOPRODJO.